Madrasah Aliyah Borong Gelar Juara di Musabaqah Tilawatil Qur’an
Jika ditanya siapakah peserta musabaqah tilawatil qur’an cabang makalah ilmiah yang paling beruntung itu? Jawabnya adalah perempuan berkerudung coklat muda di foto itulah yang paling beruntung. Ya, adalah saya perempuan yang paling beruntung tersebut. Bagaimana tidak. Adalah saya yang masuk ruangan lomba hanya bermodal satu pena ajaib.
Saya katakan pena ajaib karena hanya dialah satu-satunya benda yang lolos untuk masuk ruangan. Laptop yang didalamnya berisi e-book, bahan-bahan yang niatnya saya jadikan referensi penulisan makalah, smartphone yang nantinya saya harapkan membantu merampungkan project meski sedikit, semuanya tertahan di pintu masuk. Saya tidak tahu jika dilarang membawa barang-barang selain alat tulis dan buku bacaan. Dan kerennya, saya baru tahu kalau teknis penulisan makalah adalah dengan tulis tangan. Ya, asli tulisan tangan. Durasi penulisan 5 jam. Di tulis pada folio bergaris minimal 10 halaman. Dan kabar ‘baiknya’ ukuran tulisan saya tergolong mini. Amazing!
Bisa dibayangkan. Saya sama sekali tidak membawa buku untuk dijadikan sumber. SAMA SEKALI. Maka ketika melihat kanan-kiri-depan-belakang saya sempat ‘ngiri’ — andai saya juga didampingi dengan buku-buku seperti mereka. Hmm.. Tapi, mau bagaimana lagi. Terima atau tidak, saya hanya bisa memandangi kertas berisi tema yang ditentukan panitia dan mengandalkan ingatan saya tentang apa-apa yang pernah saya baca, meski hanya sekilas. Jadi jangan heran jika tulisan saya pada 11 halaman folio tersebut terkesan seperti sebuah opini. Hiks.
Lantas, bagaimana dengan daftar pustaka? Percaya atau tidak, pada halaman 12, saya meniru jurus para anak didik saya ketika mereka mendapati sebuah kesulitan dalam menjawab soal ulangan kimia. Ya, kalimat permintaan maaf. Meski tidak berefek besar, namun saya tetap meminta maaf kepada para bapak juri atas kurangnya referensi saya. Eh, bukan kurang melainkan tidak ada. Karena saya sama sekali tidak bisa mengingat dengan detail apa judul, siapa penulis, dan kapan buku yang pernah saya baca tersebut dipublis.
Done. 5 jam terlewati. 11 halaman sudah penuh terisi. Terkumpul. Lalu presentasi…
.
Sekali lagi, Allah Maha Baik. Meski tidak sepenuhnya yakin dengan diri saya sendiri, tapi saya masih punya keyakinan bahwa kalau segala rezeki itu memang datangnya dari Allah, maka aturan yang berlaku pun adalah aturan Allah. Sekali lagi, Allah Maha Mengatur segalanya. Dan benar. Siapa sangka, lewat satu pena saja, Allah mampu mengubah semuanya menjadi sebuah kabar yang sangat membahagiakan. Salah satu kabar membahagiakannya itu adalah jari tangan saya tetap sehat seusai perlombaan. Hehe. Alhamdulillaaah..
.
In frame: Dari kanan bawah–Thoriq, Ulil dan Mufti juara harapan 1 syarhil qur’an. M. Farchan Juliansyah juara 3 tafsir al-Qur’an bahasa inggris.
Dari kanan atas—ustadzah Dyah, pembimbing sekaligus pendamping. Nada, Khofifah dan Nazilah juara 3 fahmil qur’an. Saya, peserta lomba makan kerupuk yang mendapatkan keberuntungan 😊😊
.
Sidoarjo, November 2016.
Ana Yulvia.
Tinggalkan Komentar