Muhammad Farchan Juliansyah, Perakit Robot yang Hafiz Al-Qur’an
Mahir Bahasa Inggris dan Arab, Susah Bicara Jawa
Jawa Pos 20 April 2016 – Muhammad Farchan Juliansyah berhasil membuktikan bahwa prestasi cemerlang bisa diraih dengan passion yang fokus. Remaja 17 tahun itu punya dua passion. Yakni, merakit robot dan menghafal Al-Qur’an .
RIUH suara diskusi dalam bahasa Arab dan Inggris terdengar dari ruang perpustakaan MA Bilingual Ponpes Al-Amanah Krian. Siang itu Farchan memang tengah berdiskusi dengan empat temannya. Farchan menyatakan, hampir tiap Minggu beberapa siswa kumpul bareng untuk berdiskusi. Mereka menggunakan tiga bahasa. “Di sekolah harus memakai tiga bahasa. Inggris, Arab dan Jawa krama inggil. Tapi, kadang kalau sesama teman pakai bahasa Indonesia,” Ujarnya.
Bagi Farchan, kewajiban menggunakan tiga bahasa tersebut bukan hal sulit. Sejak berusia tiga tahu, orang tuanya mengenalkan bahasa Arab dan Inggris. Paling sering melalui dongeng berbahasa Inggris. “Susahnya justru di bahasa krama Inggilnya. Susah-susah gampang,” tutur Farchan, lantas tertawa. Manfaat penggunaan dua bahasa sejak dini tersebut juga disarankan Farchan di bidang lain.
Pada 2010 Farchan merengkuh karir International pertamanya di bidang teknologi perakitan robot di Queensland, Australia. Percakapan bahasa Inggris tidak menjadi kendala Farchan kala itu. Dia menuturkan, ketika itu tiga tim Indonesia yang datang ke acara The 12th International Robot Olympiad 2010. Dia bersama timnya berkesempatan merakit robot yang bisa berjalan mengikuti garis . Garis tersebut lebih dulu dibuat, lalu dipasang melintang. “ Setelah itu, robot diprogram untuk mengikuti arah garis. Jalanlah si robot,” ucapnya.
Sayang, bakat merakit dan memprogram kerja sebuah robot tidak bisa diteruskan ketika Farchan duduk di bangku SMA. Dia menjelaskan, di dekolahnya yang sekarang tidak ada program ekskul robotika.
Ingin Kuliyah Syariah di Madinah
Namun, hal itu tidak lantas membuat Farchan membiarkan bakatnya luntur begitu saja. “ Kadang sampai sekarang kalau lagi nganggur coba-coba menggambar desain robot. Meskipun hanya sebuah gambar, paling tidak tetap terpuaskan,” paparnya.
Farchan lantas menunjukkan kepada Jawa Pos cara menggambar desain robot. Jemarinya tampak begitu lentur menghubungkan satu garis dengan garis lain. “Setelah digambar, biasanya diberi warna. Warnanya sesuka hati.” Ungkapnya.
Selain dunia perakitan robot, karir Farchan di bidang spiritual tidak kalah menarik. Sebanyak 25 Juz Al-Qur’an dilahap habis oleh pria pencinta buku itu. Pada Februari lalu Farchan berhasil menyebet juara II Lomba Tahfid Al-Qur’an tingkat nasional kategori MA dan SMA di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Kali pertama mulai menghafal Al-Qur’an bukan hal mudah. Butuh perjuangan. Farchan mengungkapkan, semua itu berkat dukungan orang tuanya. Farchan mulai menghafal Al-Qur’an ketika kelas III SD. “Awalnya masih satu juz. Akhirnya bertambah hingga sekarang ini, 25 juz,” Paparnya. Farchan selalu menggunakan waktu sepertiga malamnya untuk membiarkan tubuh dan pikirannya terpusat hanya pada Al-Qur’an. “ Pesan abah, waktu yang baik untuk menghafal memang di sepertiga malam,” ungkapnya.
Setiap Ramadhan tiba, Farchan menerima banyak tawaran untuk menjadi ima. Profesi religius itu bukan hal asing bagi dia. Sebab, Farchan menjadi imam sejak duduk di bangku kelas IX SMP. “ Ada teman umi dan abah yang meminta menjadi imam di masjid dekat rumahnya saat itu,” ucapnya Farchan yang merupakan anak dari pasangan Alfi Handayani dan Winarno tersebut.
Tentu rasa malu pernah hinggap di pikiran Farchan. Namun, dia berhasil mematahkannya setelah mendapatkan pesan dari ibunya. Ibu berpesan, jika belum bisa menjadi seperti Syaikh Khatib, imam pertama Masjidil Haram, jadilah imam bagi masjid bagi masjid dekat rumah. “saya mikirnya masih banyak orang yang lebih baik dari segi hafalannya ketimbang saya,” katanya.
Masih banyak mimpi Farchan yang ingin direalisasikan. Impian menjadi maha siswa dari dua Universitas international, yakni Universitas Islam Madinah dan MIT (Institut Teknologi Massachusetts). “Kedepan saya ingin mendalami dunia syariah, menjadi mahasiswa magister di Universitas Islam Madinah. Dan kemudian menjadi ahli teknologi lulusan MIT. Pasti bisa. Bergerak sesuia passion itu kuncinya!” jelasnya. (sam/c15/oni)
Tinggalkan Komentar