wp-bulk-delete
domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init
action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/u1683491/public_html/madrasahaliyahbilingual.sch.id/wp-includes/functions.php on line 6121Suasana hangat dan penuh keakraban menyelimuti kegiatan halal bihalal di Pondok Pesantren Modern Amanatussalam, Wonossalam – Pondok Junwangi 2. KH. Fahrizal Ischaq, Lc., M.Fil.I dan Hj. Zanuba Alfareni, Lc., M.Th.I, Pendiri dan Pengasuh PP Amanatussalam, menjadikan momen ini tak sekadar ajang bersalaman dan saling memaafkan, tapi juga menjadi ruang untuk meneguhkan kembali makna persaudaraan, keimanan, dan harapan yang lurus kepada Allah.
Dalam kesempatan tersebut, Bapak Pengasuh menghadiahkan sebuah ijazah wirid amalan dzikir yang beliau terima langsung dari guru beliau. Wirid ini bukan sekadar untaian bacaan, tapi merupakan bekal batin yang sangat dalam nilainya. Seluruh ustadz dan ustadzah disarankan mengamalkan wirid ini ketika usai sholat lima waktu, terlebih lagi di waktu-waktu mustajab seperti selepas Ashar hingga menjelang Maghrib di hari Jumat. Bacaan-bacaannya yakni Surat Al-Insyiroh,
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُيا
, Ya Fattah Ya Rozzaq, Ya allah hu ya allah dan Astaghfifullahal adzim waatubu ilaih. Kesemuanya dibaca sebanyak 100x.
Dalam tausiyahnya, Beliau menyampaikan pesan yang begitu menyentuh bahwa menjadi guru adalah bagian dari meneruskan perjuangan Rasulullah. Maka, jangan pernah merasa kecil, apalagi minder. Dunia bukan sesuatu yang harus dikejar justru, dengan keikhlasan dan ketulusan, dunia akan datang dengan sendirinya. Beliau juga bercerita tentang bagaimana keyakinan bisa melampaui kenyataan. Seperti saat awal membangun pesantren ini, ketika banyak tamu bertanya tentang kolam ikan koi, dan beliau dengan yakin menjawab bahwa kolam itu memang kolam ikan koi, meskipun saat itu belum ada satu ekor pun. Tapi keyakinan tak pernah sia-sia, Allah menghadirkan orang-orang baik yang kemudian membangun kolam itu lengkap dengan ikannya. Di situlah letak indahnya tauhid.
Beliau juga mengingatkan untuk tidak terlalu berharap kepada manusia. Karena ketika kita menaruh harap pada manusia, sejatinya kita sedang mencicil kekecewaan. Harapan sejati hanya layak diberikan kepada Allah. Dan tauhid, kata beliau, seringkali tak sejalan dengan logika. Karena tauhid bekerja dengan cara-Nya sendiri—dalam sistem Allah yang Maha Tahu. Bahkan ucapan kita pun bukan hal remeh, sebab kalimat yang kita lontarkan bisa menjadi nasib kita di masa depan. Maka jaga lisan, ucapkan yang baik-baik.
Dan terakhir, pesan beliau yang paling menguatkan: Allah itu Maha Kaya. Dia tak akan pernah menyia-nyiakan hamba yang percaya penuh kepada-Nya. Jadi, apapun yang sedang kita perjuangkan—terutama dalam dunia pendidikan jangan pernah kecil hati. Jangan ubah impian kita, karena apa yang kita kerjakan ini bukan hal biasa. Ini adalah jalan mulia, yang kelak akan dihitung sebagai bagian dari cahaya perjuangan.